kandaga.id – Konvergensi Rembug Stunting Tingkat Kabupaten Garut tahun 2020 merupakan bagian dari kegiatan dalam rangka mendukung strategi penurunan stunting di Kabupaten Garut serta Sinergitas Penurunan Stunting Terintegrasi pada SDGs (Sustainable Development Goals).

Pemkab Garut, melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, menyelenggarakan Workshop dengan tema Peranan Konvergensi Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi di Kabupaten Garut Tahun 2020, dibuka resmi Wakil Bupati, dr. Helmi Budiman, Rabu (22/07/2020), di Hotel Harmoni, Jl. Cipanas Baru No. 78 Tarogong Kaler, Garut, Jawa Barat. Pelaksanaan Workshop dilakukan secara terbatas, mengikuti protokol kesehatan sesuai Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) di masa pandemi covid-19.

Wakil Bupati Garut, dr. Helmi Budiman, dalam kesempatan tersebut kembali mengingatkan, virus covid-19 belum ada tanda-tanda penurunan, bahkan cenderung naik. Selain itu, dirinya melihat ada nuansa jenuh di sebagian kalangan masyarakat, maka tugas pemerintah untuk tidak bosan mengingatkan masyarakat.

“Masyarakat kelihatannya sudah merasa jenuh dengan wabah ini, jadi siapa lagi yang akan mengingatkan kalau bukan kita,” ujarnya, dalam AKB ini perekonomian harus tumbuh dan kehidupan harus lebih baik, sebagaimana tagline yang kerap didengungkan.

Berkaitan dengan workshop ini, Kang Helmi –sapaan akrab wakil bupati– menyebutkan, berdasarkan hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2017 prevalensi stunting di Kabupaten Garut sebesar 37,8% atau menurun pada tahun 2018 sebesar 34,7%. Sedangkan hasil pemantauan pertumbuhan melalui penimbangan balita pada bulan Februari 2020 yang diolah dengan menggunakan aplikasi e-pppgm (Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat), prevalensi stunting di Kabupaten Garut sebesar 8,3% (15.472) tertanggal 14 Juli 2020 dari sasaran balita yang diukur (0 – 59 bulan) sebanyak 185.672, dengan sasaran real dientrikan sejumlah 220.758, presentase tingkat partisipasi sasaran ke posyandu sebesar 84,1%.

Menurutnya, beberapa pendekatan multi sektoral antara lain melalui pendekatan intervensi gizi spesifik, kemudian pendekatan intervensi gizi sensitif melibatkan dinas/instansi lain, serta pendekatan di lingkungan.

Kang Helmi menyerukan, guna menurunkan angka stunting di daerahnya, perlu terus dilakukan bersama, salah satunya melalui kampanye dan edukasi kesehatan dan gizi kepada masyarakat.

“Peran masyarakat harus terus didorong. Dengan kegiatan pencegahan melalui upaya penyebarluasan informasi, tidak ada lagi masyarakat yang tidak mengetahui tentang stunting dan dampaknya. Upaya ini bisa menekan angka stunting di Kabupaten Garut,” tegasnya.

Kang Helmi menekankan, dengan pengalaman di lapangan, maka harus ada komitmen bersama menekan stunting, karena sudah menjadi permasalahan nasional. Komitmen dan intervensi ini setidaknya diyakini bisa menurunkan prevalensi stunting di Kabupaten Garut.

Acara ditandai dengan penandatangan Komitmen Pelaksanaan Percepatan Pencegahan Stunting Kabupaten Garut oleh wakil bupati dan seluruh peserta. Workshop ini menghadirkan tiga narasumber dari Dinkes, DPMD (Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa), dan dari Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Garut, melibatkan peserta dari SKPD, organisasi kewanitaan (GOW dan PKK) serta unsur lainnya. (Jajang Sukmana/mediacenter.garutkab.go.id)***