Prof. Dr. Mohamad Surya

Menjelang peringatan HUT PGRI ke 73 dan Hari Guru Nasional (HGN) dunia pendidikan indonesia berduka dengan berpulangnya Prof. Dr. H. Mohamad Surya, Selasa, 13 Nov 2018 pukul 20.30 di RS Advent, Bandung. Lelaki kelahiran Kuningan, 8 September 1941 ini wafat dalam usia 77 tahun dengan meninggalkan jejak perjuangan yang sangat brilian untuk kemajuan pendidikan di Indonesia termasuk di dalamnya adalah dedikasinya untuk para guru di Indonesia

Selamat jalan guru tercinta

Ungkapan duka dan terima kasihpun mengalir dari seluruh penjuru negeri. Guru di Indonesia memang pantas berduka mengingat jasa-jasa Prof Surya yang begitu besar. Mantan Ketua PB PGRI dua periode ini adalah orang yang paling gigih memperjuangkan hak-hak guru yang sejak lama dimarginalkan oleh pemerintah. Salah satu yang fenomenal adalah totalitasnya  memperjuangkan Undang-Undang Guru dan Dosen “ Monyet saja dilindungi undang-undang, masa guru tidak,” inilah ungkapan yang sangat keras dari Guru Besar UPI ini, tatkala banyak pihak yang menolak dilahirkannya undang-undang tersebut

Dalam setiap kesempatan Prof Surya selalu menuturkan, dunia pendidikan di Indonesia saat ini masih jauh dari batas kewajaran. Ia mengungkapkan, pendidikan di Indonesia berada dalam situasi kritis, baik secara internal antar anak bangsa maupun secara eksternal antar bangsa. Ia juga menunjukkan beberapa fakta yang ada di sekitarnya. Sebagai salah satu contoh adalah kualitas pendidikan bangsa Indonesia yang jauh tertinggal di bawah negara-negara lain.

Prof Surya memang sangat  memahami suasana kebatinan jutaan guru di Indonesia, karena sepanjang hidupnya tak pernah berhenti menjadi pendidik. Mengawali karirnya sebagai  Guru sekolah Rakyat (SD) di tanah kelahirannya dari tahun 1958-1962, pengabdiannya terus berlanjut dengan menjadi Guru SPG-B di Bandung Tahun 1966-1973, lalu menjadi dosen dan Guru Besar di IKIP/UPI Bandung hingga akhir hayatnya. Seolah tak pernah lelah, disela-sela kesibukannya  suami dari Dra. Hj. Siti Suminah, M.Pd ini juga meluangkan waktu mengabdikan diri untuk dunia pendidikan di Garut dengan menjadi Direktur Pascasarjana Institut Pendidikan Indonesia (IPI)

Meski pernah berkiprah di dunia politik sebagai anggota DPD & MPR RI, Prof Surya tak sedikitpun berpaling dari dunia pendidikan dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang telah membesarkan namanya. Penulis puluhan judul buku ini tercatat menjadi senator mewakili Provinsi Jawa Barat dari Tahun 2004 -2014 dan Ketua PB  PGRI dari Tahun 1998 – 2003.

Sebagai aktivis, Prof Surya sudah berkiprah di PGRI sejak awal karirnya tahun 1958 baik sebagi anggota maupun pengurus. Sedangkan jabatan sebagai ketua umum organisasi ini, terakhir diperolehnya saat terpilih untuk kedua kalinya tanggal 12 Juli 2003 dalam Kongres ke XIX PGRI yang berlangsung di SemarangJawa Tengah.

Bagi peraih sejumlah penghargaan bergengsi ini, menjadi guru adalah pekerjaan yang menyenangkan.”Pengalaman mengajar di berbagai instansi baik formal maupun non-formal membuat saya semakin mencintai dunia pendidikan,” ujarnya dalam satu kesempatan

Siapapun tidak bisa menapikan kecintaan Prof Surya untuk para guru memang luar biasa. Atas perjuangannya yang tak pernah berhenti, profesi guru di Indonesia mulai kembali dihargai orang sebagaimana seharusnya karena pekerjaan ini adalah profesi yang mulia. Begitupun dengan kesejahteraannya, lahirnya Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 telah menjadi jalan baru bagi para guru untuk mendapatkan hak-hak mereka, salah satu yang sangat bermanfaat adalah lahirnya kebijakan pemberian tunjangan profesi (sertifikasi). Semua itu tak pernah lepas dari kegigihan Prof Surya.

Meski Alloh SWT telah memanggilnya pulang, jejak perjuangannya tentu saja tidak akan pernah padam menyinari dan menginspirasi kiprah para guru dalam pengabdiannya mencerdaskan anak bangsa. Selamat jalan guru kami tercinta, suryamu akan selalu jadi pelita di hati kami. *** Herdy M. Panadinata