Kepala SMKN 1 Garut, H. Bejo Siswoyo, S.TP., M.Pd., saat memberikan sambutan.

kandaga.id – Dalam rangka menciptakan jiwa wirausaha di sekolah serta menyelaraskan kurikulum SMK dengan IDUKA, sebagai implementasi program sekolah pencetak wirausaha, SMKN 1 Garut menyelenggarakan Workshop Produk Kreatif, Penyelarasan Kurikulum dan Pengembangan Startup Bisnis, di Aula SMKN 1 Garut, Jl. Cimanuk No. 309A, Sukagalih, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Selasa (24/11/2020).

Dengan memperhatikan protokol kesehatan, workshop yang bertemakan “Mewujudkan Iklim Sekolah Pencetak Wirausaha untuk Membentuk Peserta didik yang Siap Berkarya, Berprestasi dan Berjiwa Entrepreneur” ini agar menghasilkan lulusan SMKN 1 Garut tidak jadi pengangguran tapi bisa berbisnis, baik secara mandiri maupun kolaborasi.

Kepala Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah XI, Provinsi Jawa Barat, H. Asep Sudarsono, S.Pd., MM.

“Kalau kategori menghasilkan kan banyak jenisnya, selain ilmu peserta didik juga bisa berbisnis. Jadi diusahakan anak bisa mandiri, maka bagaimana sekolah bisa mencetak wirausaha, supaya tidak mencetak pengangguran,” ucap Wakasek Bidang Kurikulum, Hani Ariani, M.Pd., Selasa (24/11/2020).

Intinya, ruh workshop ini merupakan implementasi mata pelajaran produk kreatif dan kewirausahaan di SMK, jumlah jam yang banyak di kelas XI ada 7 jam pelajaran, di kelas XII ada 8 jam pelajaran.

Wakasek Bidang Kurikulum, Hani Ariani, M.Pd.

“Jadi pada mata pelajaran ini, diharapkan setiap kompetisi keahlian bisa menghasilkan produk, bisa barang maupun jasa, berikut bagaimana memasarkannya,” jelas Hani.

Produk atau jasa yang dihasilkan, selain mengembangkan karakter jurusan masing-masing, juga bisa meningkatkan jiwa entrepreneur dan juga bisa menghasilkan.

“Sekolah punya program TeFa, diharapkan kedepannya model pembelajaran TeFa terus berkembang.. Ketika peserta didik menjadi lulusan diharapkan bisa Bekerja secara professional, Melanjutkan ke Perguruan Tinggi maupun berwirausaha. Peserta didik diharapkan dapat menjadi wirausaha mandiri,” ucap Hani, tentunya bisa bekerjasama dengan pihak luar atau mereka bisa menggunakan biaya mandiri.

Lanjut Hani, seandainya peserta didik sudah alumni dan meminta pendamping, pihaknya InSyaa Alloh kalau sekolah bisa memfasilitasi, tapi sekolah sudah mengusahakan anak keluar itu bisa mandiri.

Wakasek Bidang Humas, Asep Paridadin, S.Pd.

“Justru alumni itu bisa memberikan kontribusi lagi pada adik tingkatnya, bagaimana menjadi wirausaha,” ungkapnya.

Sejalan dengan program yang diamanatkan Dirjen vokasi, workshop ini diharapkan sekolah bisa menghasilkan produk yang terstandar, sesuai dengan SNI.

“Namanya produk kan berkaitan dengan customer, dan itu harus ada lisensi SNI , surat izin. Pada Mata pelajaran produk kreatif dan kewirausahaan itu, kalau sudah menghasilkan produk yang layak dipasarkan dapat melakukan kepengurusan hak cipta (HAKI),” pungkas Hani. (Jajang Sukmana)***