Prof. Dr. Deni Darmawan, S.Pd., M.Si., M.CE

Ketua Program Studi Magister Teknologi Pendidikan IPI

Kepala HUMAS UPI

 

Dewasa ini, bumi masih dirundung wabah Corona Virus Disease (COVID-19). Menyikapi hal tersebut, lahirlah kebijakan “pembatasan” yang dinilai sebagai langkah terbaik untuk memutus mata rantai penyebaran virus COVID-19. Pembatasan fisik (physical distancing) dan pembatasan sosial (social distancing), tentunya merambah ke segala aspek kehidupan. Salah satu ranah yang terjamah ialah pendidikan.

Pembelajaran yang semula terjadi secara nyata, kini beralih secara virtual menggunakan berbagai platform yang relevan. Dengan demikian, materi dan bahan ajar didistribusikan secara online, bahkan evaluasipun dilakukan secara online. Sistem ini disebut sebagai pembelajaran dalam jaringan (daring).

Mulanya, pembelajaran daring menuai kontradiksi. Pihak yang setuju memandang baik gebrakan ini, dan berupaya untuk berjalan beriringan dengan sistem pembelajaran daring. Sementara itu, pihak lain mengeluhkan banyak hal, sehingga terpaksa harus berlari mengejar ketertinggalan. Kendati demikian, pada akhirnya semua pihak bisa beradaptasi dengan sistem pembelajaran ini.

Paradigma Pakar Teknologi Pendidikan

Sejatinya, segala hal memiliki sisi positif masing-masing, begitupun dalam pembelajaran daring. Sebagaimana yang disampaikan oleh Prof. Deni Darmawan, bahwa sentuhan inovasi kian terasa dalam pembelajaran di tengah pandemi ini. Secara konseptual, sistem pembelajaran daring bisa menstimulus pendidik untuk lebih produktif, kreatif, dan inovatif dalam mengemas pembelajaran. Sementara itu, anak didik bisa mengakses materi kapan saja (anytime) dan di mana saja (anywhere). Dengan kata lain, waktu dan tempat yang disediakan cenderung fleksibel.

Lebih lanjut, akses yang luas dan mudah ini memungkinkan anak didik untuk mengulang materi sesuai dengan kebutuhannya. Menjadi momentum yang tepat, sistem pembelajaran daring disinyalir mampu mengakomodasi gaya belajar anak secara komprehensif dan efektif. Dengan demikian, kecerdasan majemuk (multiple intelligences) anak akan terdongkrak lebih baik.

Sementara itu, pembelajaran daring bisa mendayagunakan sumber belajar dalam cakupan yang lebih luas. Prof. Deni menuturkan, dalam perspektif teknologi pendidikan, pendidik bisa secara khusus merancang dan mengembangkan sumber belajar (learning resources by design) untuk mengakomodasi proses pembelajaran daring. Selain itu, pendidik juga bisa memanfaatkan sumber belajar yang sudah ada (learning resources by utilization), sehingga pembelajaran lebih bersifat kontekstual. Hal ini selaras dengan konsep sumber belajar yang divisualisasikan dalam gambar berikut.

Pemanfaatan Platform

Sebagai sang inovator, idealnya pendidik bisa memberikan inovasi pembelajaran di tengah pandemi. Terlebih, kini banyak platform “user friendly” yang menawarkan keunggulan masing-masing. Hal ini bisa mempermudah pendidik untuk “menghidupkan” pembelajaran secara daring. Merujuk pada perspektif teknologi pendidikan, Prof. Deni menuturkan bahwa “Tidak ada satupun media yang paling bagus/unggul dibandingkan dengan media yang lain. Hal ini dikarenakan dalam pemilihan media dan sumber pembelajaran daring, perlu mempertimbangkan karakteristik materi, pendidik, anak didik, lingkungan, ketersediaan peralatan, dan tujuannya”.

Sebagai contoh, untuk penyajian materi, pendidik bisa mengunggah video di kanal youtube, buku digital melalui fliphtml 5, dan sebagainya. Sedangkan untuk pembelajaran tatap muka secara virtual, pendidik bisa memanfaatkan zoom, google meet, dan platform lain yang relevan. Terakhir, untuk evaluasi, media yang bisa digunakan ialah google classroom, google form, kahoot, quizizz, dan sebagainya.  

Konklusi dan Resolusi

Tidak bisa dipungkiri, bahwasanya di masa pandemi ini, pendidik dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengemas pembelajaran. Perlahan, adanya pergeseran ke arah yang lebih baik, akan memunculkan peradaban baru berbasis digital learning community. Sebagai penutup, Prof. Deni menuturkan, “Berdasarkan kacamata teknologi pendidikan, melalui serangkaian inovasi tersebut, maka akan lahir prototipe-prototipe, media-media pembelajaran digital, hingga konten virtual, yang mengindikasikan inovasi di bidang edukasi”. *** Fitri Ayu Febrianti