Perkembangan teknologi begitu sangat cepat, yang memicu tuntuan bagi semua orang di jaman milenia sekarang ini. Seperti yang dilakukan SDN Regol 10 Kecamatan Garut Kota memperkenakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sejak tahun 2014 lalu, dengan sasaran peserta didik kelas 4, 5 dan kelas 6 berupa Poding dan Aplikasi, dituntut tidak konsumtif harus produktif dan menciptakan sebuah aplikasi karya sendiri.

Dengan keterbatasan sarana prasana, peserta didik dengan kreatif dan inovatif berhasil menciptakan “Saron Simulator” sebuah perpaduan aplikasi melalui kertas alumunium poil yang dibentuk seperti kepingan-kepingan saron, yang bisa dilipat dan bisa dimainkan dimana saja.

Saron Simulator inilah, peserta didik dari SDN Regol 10 Kecamatan Garut Kota berhasil mengukir nama sekolah, kecamatan, kabupaten, dan provinsi di tingkat nasional dan internasional, dengan memperoleh juara pertama di ajang Indonesia Information and Communication Technology Award (INAICTA) 2014 untuk tingkat SD, SMP, SMA, dan Mahasiswa.

“Karena juara pertama, kebetulan waktu itu ada ajang Asia Pacific Information and Communication Technology Award (APICTA) 2014 diikuti 13 negara yang diselenggarakan di Indonesia, peserta didik dari SDN Regol 10 Kecamatan Garut Kota menjadi wakil Indonesia dengan meraih juara kedua, kalah oleh Sri Lanka,” kenang Ema Nurjamilah, S.Pd.SD., M.M. di ruang kerjanya, Sabtu (4/8/2018).

Berawal dari situlah karena banyak yang berminat ingin belajar TIK, muncul ide untuk mengadakan laboratorium komputer mini “Lab on Bike” yang bisa dibawa dan pakai dimana saja.

“Keberadaan laboratorium komputer mini diketahui Astra dan menawarkan ikut lomba Semangat Astra Terpadu untuk (SATU) Indonesia Award di bidang pendidikan dengan meraih juara pertama,” ujarnya.

Ema menjelaskan, laboratorium komputer mini ini menggunakan Raspberry Pi bentuknya kecil tapi fungsinya sama dengan CPU, powernya menggunakan charger yang kapasitas listriknya kecil, hargana cuma Rp 500 ribu, jauh dengan harga komputer biasa, bisa menggunakan layar kecil.

Menurutnya, keberadaan laboratorium komputer mini ini tercium oleh Ashoka, yaitu sebuah jejaring kewirausahaan sosial global, menghubungkan sekitar 3.000 Fellow di lebih dari 80 negara yang bekerja untuk mewujudkan gagasan mereka mengubah dunia yang mengusung visi “Everyone A Changemaker”, untuk menciptakan komunitas global dimana semua orang dapat pembawa perubahan.

“Alhamdulillah, kegiatan lab komputer mini yang dirintis SDN Regol 10 Kecamatan Garut Kota dilirik sebagai nominasi Ashoka Fellowship 2018 dan masih dalam penilaian. Setelah melewati dua kali tahap wawancara oleh tim Ashoka, dan terakhir wawancara ketiga kali melalui WhatsApp Call,” ujarnya.

“Akhirnya kegiatan lab komputer mini menjadi salah satu finalis Ashoka Fellowship 2018, oleh karena itu tim Ashoka Singapur akan mendatangi untuk menilai kegiatan anak di SDN Regol 10 Kecamatan Garut Kota untuk kunjungan lapangan pada tanggal 9, 10, 11 atau 12 Agustus 2018,” ujarnya.

Menurut Ema, kedatangannya tim tersebut akan dijadikan bahan sebelum akhirnya di presentasi dihadapan panel juri Jakarta.

“Ketika tim Ashoka Singapur kesini, nanti kami dari pihak SDN Regol 10 presentasi di Jakarta tentang kegiatan ini. Tapi mereka kelapangan dulu sebelum kami presentasi di hadapan panel juri di Jakarta pada tanggal 10-13 September 2018,” pungkasnya. (Jajang Sukmana)***