“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian,” pernyataan dari Pramoedya Ananta Toer ini tampaknya mampu merepresentasikan diri Eti Patmah, S.Pd.SD., seorang kepala SDN 5 Leles yang aktif menulis hingga detik ini.

Lahir di Garut pada tanggal 28 Februari 1969, Eti sudah menaruh ketertarikan di bidang sastra sedari dulu, terutama puisi. Untuk mengasah kemahirannya, ia aktif di beberapa komunitas, salah satunya Komunitas Pegiat Literasi Jabar (KPLJ). Kini, buah pikirannya terealisasikan dalam beberapa buku, diantaranya Mengeja Abjad (Perahu Kecil), Pelangi Literasi KPLJ, Menguatkan Karakter Siswa Melalui Pantun, Sastra Kidung Semilir dalam Petikan Aksara Jiwa, Sastra Kidung Semilir dalam Wajah Indonesia, Pelangi Puisi di Langit Swiss van Java, Selaut Sastra Adonara, Dunia Tanpa Koma, dan Negeri Rindukan Damai.

Rekam jejak Eti tidak berhenti sampai di sana. Selain menulis, ia acap kali ikut berpartisipasi dalam beberapa kompetisi. Berkat kegigihannya, ia meraih beberapa kejuaraan dalam dua dekade terakhir, yakni juara 1 baca puisi se-Kabupaten Garut (Kwarran Garut), juara 1 menulis RPP tingkat Kecamatan Leles, juara 1 lomba guru berprestasi tingkat kecamatan, juara 3 lomba baca puisi Teater Kompas Indonesia, juara harapan 2 lomba guru berprestasi tingkat kabupaten, dan juara harapan 1 lomba inovasi belajar tingkat kabupaten.

Tidak hanya berprestasi di luar, ia juga senantiasa memberdayakan potensi sekolah yang dipimpinnya sejak tahun 2016. Ia berhasil melahirkan beberapa program inovatif, seperti Gemalis (Gerakan Membaca dan Menulis), Pepeling (Pelajar Peduli Lingkungan), dan G-Diksi (Gerakan Disiplin, Inovatif, Kerja sama, Semangat, dan Ikhlas). Selain mencetuskan program inovatif, ia juga membuat inovasi belajar berupa wayang bilangan bulat dan Masgeba. Menapaki perjalanan yang cukup panjang, wanita berusia setengah abad ini selalu berupaya melahirkan ide-ide kreatif dan inovatif. (Fitri Ayu)***