kandaga.id – Usia tidak menjadi kendala bagi seseorang meraih prestasi, meski harus berjuang dengan pesaing yang jauh lebih muda. Herni Nurbaiduri (52), salah satunya. Namun, pengalaman lah yang menjadi senjata utamanya hingga mampu bersaing dengan para rivalnya.

Berbekal pengalama sebagai MC selama puluhan tahun, Herni memberanikan diri mengikuti ajang Lomba Pembawa Acara Keprotokolan (LAPOR) 2020 untuk Kategori Umum. Menyisihkan hampir 540 kontestan, Herni berhasil tembus ke babak semifinal.

“Saya pikir ini adalah sebuah tantangan yang luar biasa, pesertanya mencapai 540 orang seluruh Indonesia. Untuk penyisihan dengan mengirimkan video kepada panitia dan acaranya dikemas sangat formal,” Cerita Herni, usai tampil pada Grand Final bersama 8 finalis dari seluruh Indonesia, Kamis (18/06/2020).

Herni kembali menceritakan saat ada pengumuman di media sosial tentang Lomba Pembawa Acara Keprotokolan Provinsi Jawa Barat, ia mencoba untuk mengikutinya. Karena ini virtual dan memakai aplikasi zoom, maka persyaratannya harus KTP domisili. Mulai babak penyisihan hingga meraih juara Harapan 2.

Herni sendiri tidak menyangka dirinya tembus ke Grand Final, apalagi jurinya yang sangat berkompeten, diantaranya Encep Suryana (TVRI Jabar), Hari Muliyana (MC Trainer/Public Speaking, Diana Saparina (Pemprov Jabar), dan Juri Kehormatan Atalia Praratya Ridwan Kamil.

“Alhamdulilah saya mendapatkan ilmu dan pengalaman keprotokolan di Provinsi Jawa barat, walau pun dulu saya mantan protokol Pemda Garut,” ujar Ibu berputra dua ini.

Herni bercita-cita ingin berbagi ilmu, khususnya untuk menjadi MC berbahasa sunda yang profesional. “Saya suka menjadi MC, baik itu formal, semi formal atau non formal, tetapi yang paling saya suka jadi MC basa sunda, terutama untuk acara pernikahan,” ujarnya didampingi suaminya, Yusup.

Herni beralasan mengapa memilih profesi MC berbahasa Sunda, karena sadar ia orang Jawa barat. “Urang mikanyaah kanggo ngamumule basa indung nyaeta basabsunda, margi upami leungit basana bakal leungit budayana. Lamun lengit budayana, bakal leungit ige bangsana,” tuturnya penuh semangat, apalagi, imbuhnya, untuk jadi pembawa acara bahasa nasional sudah banyak.

Herni Nurbaiduri, kini tinggal di Ujungberung Bandung hampir 5 tahun, meski hingga sekarang ia setia berkerja sebagai Penyukuh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Desa Kadungora, meski berstatus sebagai tenaga honorer di Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Kabupaten Garut.

Segudang pengalaman ia arungi di dunia broadcast, di antaranya pada usia 18 tahun (Tahun 1987 s.d. 2005) sudah menjadi penyiar di Radio Ganesha Bandung, kemudian penyiar Sturada Kabupaten Bandung, Penyiar Radio Antassalam FM Bandung, RRI Bandung, Radio Reks FM Garut dan Penyiar Radio Mentari FM Garut.

Berbekal pendidikan di Akademi Komunikasi Bandung dan Fakultas ilmu Komunikasi UNISBA, ibu dari Deden dan Dinda ini sarat prestasi. Tahun 1980 meraih juara 1 Lomba Pidato tingkat SMP se-Kabupaten Garut, Tahun 1981 juara 1 Baca Puisi Jabar, Tahun1984 juara 1 Pidato Tingkat SMA se-Jabar, tahun 1994 juara 1 Penyiar Radio Favorit Tingkat Kabupaten Garut, tahun 1998 juara 1 Penyiar Favorit tingkat Jabar, tahun 2007 juara 1 Ngadongeng Basa Sunda Golongan Ibu-ibu Tingkat Jabar. (Yan/Jajang Sukmana)***