Kandidat Ketua Komunitas Wedding Garut, tengah menjawab pertanyaan wartawan pada Jumpa Pers, Jum’at (22/2020).

Semakin abainya masyarakat Garut dalam pelaksanaan protokol kesehatan, telah mengakibatkan, terus bertambahnya kasus positif Covid 19. Hingga Jum’at (21/08/2020) kasus terkonfirmasi sebanyak 71 orang. Karenanya Dua kandidat Ketua Komunitas Wedding Garut ( KWG), yakni Deni Dimyati dan Agus Rikhmana, atau Bejo berjanji, akan memperketat pelaksanaan protokol kesehatan pada perayaan pesta pernikahan yang dikelola oleh KWG.

Hal itu disampaikan keduanya, menjawab pertanyaan wartawan pada acara Jumpa Pers jelang Kongres 1 KWG,  di D’Balcony Cafe, Jumat sore.



Ketua Komunitas Wedding Garut (KWG), Jawa Barat, Budi Kurniadi, mengaku jika pihaknya tak bisa berbuat banyak soal pelanggaran protokol kesehatan dari tamu undangan pernikahan. Meski pihaknya telah mengingatkan untuk tetap menerapkan protokol kesehatan, baik kepada sohibul bait, maupun para tamu.

“Semuanya masih was-was dengan suasana yang masih genting. Cuma memang sulit menumbuhkan kesadaran (protokol kesehatan) meski sudah terus diingatkan,” ucap Budi yang akan segera berakhir masa jabatan ketuanya itu.

Budi menyebut akan meminta bantuan dan berkoordinasi dengan Gugus Tugas Covid-19 untuk membantu mengawasi protokol kesehatan di resepsi pernikahan.

“Kalau dihentikan, ini berhubungan dengan keberlangsungan industri. Memang kami belum bisa tegas kepada para tamu, karena kami belum punya legalitas, kami baru sebatas komunitas, tapi kami ikuti keputusan pemerintah nanti seperti apa,” katanya.

Ditambahkan Budi, Komunitas Wedding Garut segera membuat kode etik yang mengatur segala macam kegiatan usaha pesta pernikahan untuk membangun usaha yang sehat sehingga bisa tumbuh kembang bersama dan menguntungkan di Kabupaten Garut.

“Kita dalam Komunitas Wedding Garut ini akan berusaha membenahi bagaimana menciptakan usaha yang sehat, salah satunya dengan membuat kode etik,” katanya

Ia menuturkan, pelaku usaha pesta pernikahan di Kabupaten Garut cukup banyak, bahkan yang tercatat dalam komunitas sebanyak dua ratusan pelaku usaha.

Kondisi di lapangan, kata dia, tentu terjadi persaingan bisnis, bahkan sampai menjatuhkan harga sehingga bisa merugikan pelaku usaha lainnya di bidang usaha pesta pernikahan.

“Seringkali banting harga, untuk itu kita coba benahi, karena hal ini tidak sehat secara industri, sehingga menjadi tugas kita (komunitas) untuk membina para anggota,” ujarnya.

Pengurus juga panitia penyelenggara Kongres I Komunitas Wedding Garut Cecep Safaatul Barkah menambahkan, agenda utama kongres pada 31 Agustus nanti, tidak hanya pemilihan ketua saja, tetapi akan membahas kode etik usaha yang akan dibahas bersama.

Praktik bisnis ke depan, kata dia, harus dilakukan secara sehat untuk bisa maju dan berkembang bersama sehingga perlu adanya perumusan kode etik dalam usaha pesta pernikahan di Garut.”Bagaimana praktik bisnis ke depan dilakukan secara sehat dan etis,” katanya.

Ia berharap, seluruh pelaku usaha pesta pernikahan di kawasan perkotaan maupun di seluruh pelosok Garut untuk bisa hadir bersama dalam kegiatan Kongres I Komunitas Wedding Garut nanti.(Jay).